Latest Post
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
06.49
Di sini aku mulai bermimpi
Saat berjibaku mengais rezeki
Mulai tueng upah ceumatok setengah hari
Hingga dom pade di malam sunyi
Membalik tanah
Menabur benih
Menyeret umbai
Menyiang gulma
Menebar urea
Menyembur pestisida
Menggenggam neubai
Menggulam perontok
Memanggul biji berkarung padi
Saat dara pade
Inilah masa hati bersedih
Musem jiklik cangguek istilah kami
Jangankan dji sam soe commodore terasa madu
Jangankan menatap melirik dia aku ragu
Catatan utang tinggi sepinggang
Di beberapa kios setiap simpang
Berapa persis tak boleh tahu
Pokoknya panen mesti terlunas habis
Bila masa panen tiba
Musem cot jindrang kata kami
Saatnya hati berbunga mekar
Pertanda utang kan segera sirna
Pertanda poding kan merajalela
Petanda sorot kan lurus menatap
Pertanda potongan kan mantap lagi
Kutak mau terjebak pilu di antara dua musim itu
Maka aku bertekat pergi...
Itulah sinopsis hari-hariku
Sepenggal episode di masa lalu
Yang kini kian kurindu tuk kembali
Merenda hari seperti dulu
Di kampung asal mulaku
Meureudu yang bersahaja
Kini mimpi itu jadi maujud
Tapi aku terkejut-kejut
Takut
Tersangkut di ranting yang rapuh
Terkapar di pulau riuh yang gaduh
Terombang-ambing di lautan yang tak teduh
Ingin Kembali
Written By Unknown on Jumat, 16 Januari 2015 | 06.49

Saat berjibaku mengais rezeki
Mulai tueng upah ceumatok setengah hari
Hingga dom pade di malam sunyi
Membalik tanah
Menabur benih
Menyeret umbai
Menyiang gulma
Menebar urea
Menyembur pestisida
Menggenggam neubai
Menggulam perontok
Memanggul biji berkarung padi
Saat dara pade
Inilah masa hati bersedih
Musem jiklik cangguek istilah kami
Jangankan dji sam soe commodore terasa madu
Jangankan menatap melirik dia aku ragu
Catatan utang tinggi sepinggang
Di beberapa kios setiap simpang
Berapa persis tak boleh tahu
Pokoknya panen mesti terlunas habis
Bila masa panen tiba
Musem cot jindrang kata kami
Saatnya hati berbunga mekar
Pertanda utang kan segera sirna
Pertanda poding kan merajalela
Petanda sorot kan lurus menatap
Pertanda potongan kan mantap lagi
Kutak mau terjebak pilu di antara dua musim itu
Maka aku bertekat pergi...
Itulah sinopsis hari-hariku
Sepenggal episode di masa lalu
Yang kini kian kurindu tuk kembali
Merenda hari seperti dulu
Di kampung asal mulaku
Meureudu yang bersahaja
Kini mimpi itu jadi maujud
Tapi aku terkejut-kejut
Takut
Tersangkut di ranting yang rapuh
Terkapar di pulau riuh yang gaduh
Terombang-ambing di lautan yang tak teduh
Label:
Puisi,
Syair Aceh
08.41
Sesungguhnya kita adalah buruh
Buruh yang mengabdi seluruh jiwa raga
Bagi Yang Maha Kuasa
Via jalan apa saja
Memacu pembuluh memerah peluh
Menempuh tanpa keluh
Di titah jalur rida-Nya
Sesungguhnya kita adalah pesuruh
Pesuruh yang disuruh-suruh
Patuh pada suruhan-Nya
Teguh pada syariat-Nya
Tak boleh angkuh
Tak boleh ngeluh
Tak boleh ngaduh
Tak boleh rapuh
Tak boleh rubuh
Buruh atau pesuruh bukanlah budak
Apalagi badak
Yang budeg dibudak nafsu
Ia adalah kita
Kita yang mengabdi via tinta bermata hati
Yang kelak setelah mati
akan diberi upah yang tiada henti
Dengan nilai tukar yang sangat tinggi
Oleh Sang Maha Pemberi Rezeki
Tuk menempati balkon tinggi
Di sasana abadi...
(Meunasah Papeun, 1 Rajab 1435 H)
BURUH
Written By Unknown on Kamis, 01 Mei 2014 | 08.41

Buruh yang mengabdi seluruh jiwa raga
Bagi Yang Maha Kuasa
Via jalan apa saja
Memacu pembuluh memerah peluh
Menempuh tanpa keluh
Di titah jalur rida-Nya
Sesungguhnya kita adalah pesuruh
Pesuruh yang disuruh-suruh
Patuh pada suruhan-Nya
Teguh pada syariat-Nya
Tak boleh angkuh
Tak boleh ngeluh
Tak boleh ngaduh
Tak boleh rapuh
Tak boleh rubuh
Buruh atau pesuruh bukanlah budak
Apalagi badak
Yang budeg dibudak nafsu
Ia adalah kita
Kita yang mengabdi via tinta bermata hati
Yang kelak setelah mati
akan diberi upah yang tiada henti
Dengan nilai tukar yang sangat tinggi
Oleh Sang Maha Pemberi Rezeki
Tuk menempati balkon tinggi
Di sasana abadi...
(Meunasah Papeun, 1 Rajab 1435 H)
Label:
Puisi