Serpihan Penloknas “Dosis
Tinggi”
(Catatan untuk Pengelola
Jurnal Ilmiah)
Azwardi
Prolog
Setelah
melalui proses negosiasi yang cukup alot, akhirnya tertransfer juga uang
kontribusi Penloknas Pengelolaan dan Penyuntingan Jurnal Ilmiah meskipun harus
molor sampai 19 Juli 2010. Saya tercatat sebagai pengonfirmasi di modus injury time. Hek that...
Pukul
11.55 WIB, pada tanggal berikutnya, melalui Bandara Internasioal Sultan Iskandar
Muda, Blang Bintang, Aceh Besar, saya take
off menuju Kota Wisata Batu, Malang, Jawa Timur. Sebelum akhirnya tiba di
kota dingin yang eksotis tersebut, pukul 15.05 pesawat Lion Air yang mener-bangkan saya mentransitkan saya di Bandara Internasioal
Sukarno Hatta, Jakarta, untuk selanjutnya diteruskan penerbangan selama satu
jam dua puluh menit menit lagi ke Bandara Internasioal Juanda, di Surabaya.
Dari
Bandara Juanda saya harus pindah dari kabin pesawat ke kabin taksi menuju
lokasi penloknas. Dibutuhkan waktu lebih kurang tiga jam per-jalanan darat untuk
mencapai lokasi. Sengatan bau gas lumpur lapindo di sepanjang wilayah Porong, Sidoarjo
tak dapat dielak hingga membuat dada ini terasa sesak. Setelah jauh meningalkan
bau tak nyaman itu, saya meminta supir taksi mampir di warung pecel lele yang
memang banyak di pinggir jalan raya jalur Pantura itu, tepatnya di daerah
Purwosari. Setelah mengorbankan beberapa ekor lele segar plus sambal yang pedas
di situ, saya melanjutkan ekspedisi. Supir taksi dengan senang hati mendikte
satu per satu wilayah yang sedang saya lintasi.
Pukul
22.15 saya tiba di lokasi kegiatan, tepatnya di Hotel Agrowisata; sebuah
kompleks peristirahatan berbentuk resort
berkelas yang memiliki fasilitas terlengkap di daerah pengunungan yang tertata
sangat apik dan unik di sela-sela hamparan kebun apel, jeruk, strauberi, dan
berbagai produk agronomi dataran tinggi lainnya. Kepenatan berjam-jam dalam
perjalanan, tergantikan segera di sini, apalagi saat resepsionis memberi-kan
saya tempat istirahat berupa cottage
VIP yang posisinya berada persis dalam pelukan gunung kembar yang menjulang
yang diselimuti hawa dingin yang menusuk tulang hingga ke sumsum.
***
Masyaallah...,
keindahan yang sesungguhnya terkuak lebar saat mentari menyembul dan menaburi
sinarnya dari ufuk timur. Ini benar-benar taman surga dunia yang penuh dengan
kembang-kembang alam yang terawat dengan sangat baik. Saya tiba-tiba teringat,
Saree atau Jantho yang ada di Aceh, jika ja sada pihak yang mau peduli
memberdayakan dan mengemasnya dalam paket-paket tertentu, akan tercipta
taman-taman wisata alam yang justru lebih elok daripada taman Agrowisata ini,
dan juga bisa dijual dengan harga yang fantastis sebagai salah satu sumber PAD.
Tak
ada keraguan, kamar-kamar yang dirancang dalam bentuk vila di sini dibandrol
segila-gilanya, mulai 600 ribu sampai dengan 3.000.000,00 per 24 jam. Tarif tersebut
melambung tinggi di momen weekend dan
tambah melangit di hari-hari besar. Begitulah kreatifnya awak gob; broh jeuet keu peng.
Bukan seperti kita, peng jeuet keu broh.
Op..., cukup dulu laporan perjalanan, ini tak penting.
Sesungguhnya,
yang urgen perlu kusampaikan hari ini adalah serpihan pesan yang berseleweran
di atmosfier Penloknas Pengelolaan dan Penyuntingan Jurnal Ilmiah 2010 yang
diikuti oleh tidak kurang 150 insan pengelola jurnal ilmiah dari berbagai perguruan
tinggi di tanah air.
Ternyata,
untuk terakreditasinya sebuah jurnal ilmiah tidak mudah. Cukup banyak
rambu-rambu yang harus dipelototi, mulai dari teknik penyusunan, jenis dan
kualitas tulisan, sampai dengan trik-trik tertentu yang tak tertulis di buku
panduan.
Alhamdulillah,
bersadarkan review yang dilakukan oleh beberapa nara-sumber kondang terhadap
jurnal Langgam Bahasa kita, ditemukan
lebih banyak titik terang yang menggembirakan. Artinya, secara umum selingkung Langgam Bahasa tampilannya telah
mendekati seperti model salah satu jurnal yang dirujuk tim penilai akreditasi
jurnal Dikti, yaitu Jurnal Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang (UM).
Naas,
saat diraba-raba substansi. Secara umum materi jurnal Langgam Bahasa bersifat lokal, tidak menasional. Maknanya, dalam
setiap edisi, artikel yang terpublis semuanya ditulis oleh orang di satu prodi
atau di satu fakultas atau di satu universitas. Sementara yang idealnya adalah
lebih dari 50% artikel termuat harus berasal dari penulis-penulis lain dari
prodi atau fakultas atau universitas yang berbeda-beda dari wilayah yang
berbeda-beda pula.
Hal
ini memang sudah disadari sejak awal. Keterbatasan tulisan, baik kualitas
maupun kuantitas, ditambah lagi desakan kepentingan akan kum kenaikan
pangkat/jabatan kalangan sendiri, membuat Langgam
Bahasa kehilangan tajinya di hadapan asesor; jago-jago akreditasi Dikti
Jakarta. Itulah risiko pahit dari kebijakan-kebijakan yang dipaksakan atas nama
ketidakenakan.
Namun,
jika semua pihak, khususnya pemangku kebijakan care terhadap keberlangsungan penerbitan Langgam Bahasa ini, kita optimis jurnal ini segera terakreditasi.
Bentuk kepedulian riil yang sepatutnya diberikan, antara lain, finalsial yang memadai, terutama untuk pencetakan
(bukan fotokopi) plus pendistribusian dan apresiasi yang mem-bumi bagi yang mengabdi sepenuh hati.
Pendahuluan
Jurnal ilmiah
merupakan terbitan berkala; wadah tempat mengomunika-sikan ilmu, yang orientasi
utamanya adalah pengembangan ilmu. Per-kembangan ilmu ini dikomunikasikan,
khususnya kepada sesama pakar dalam disiplin ilmu tertentu. Berbeda dengan
terbitan lainnya, seperti buku teks, buku ajar, dan buku referensi.
Terbitan-terbitan seperti itu merupakan sarana penyampaian ilmu. Artinya,
bahan-bahan dalam terbitan tersebut tersajikan ilmu yang sudah mapan. Oleh
karena itu, idealnya, hanya artikel hasil penelitianlah yang mendapat tempat
dalam jurnal ilmiah. Hasil penelitian yang dimaksud pun berupa penelitian yang
menghasilkan temuan baru dalam lingkup nasional. Hasil penelitian yang bersifat
lokal, seperti Penelitian Tindakan Kelas (PTK), belum mendapat tempat di ruang
jurnal ilmiah, kecuali jika hasil penelitian PTK tersebut dikaji dan
diperbandingkan dengan hasil PTK lainnya dari wilayah lainnya.
Hasil Review
Hasil review
narasumber penloknas, yang semuanya merupakan Tim Penilai Akreditasi Jurnal
Ilmiah Ditjen Dikti, dalam Klinik Jurnal Penloknas 2010 dapat dikemukakan
beberapa catatan penting, khususnya untuk jurnal Langgam Bahasa (LB).
No.
|
Aspek
|
Keterangan
|
|
Teknis
|
Secara umum (95%) tampilan, setting, dan lay out LB
sudah sesuai dengan rambu-rambu akreditasi jurnal ilmiah nasional. Hal-hal
yang belum sesuai, antara lain, penempatan mitra bebestari (penyunting ahli)
pada halaman judul, tidak menerakan alamat korespondensi penulis di bawah
nama penulis, adanya beberapa ruang kosong di halaman pertama setiap artikel,
dan tampilan serta cara merujuk tabel. Selain itu, yang sangat fatal adalah
LB bukan produk cetakan, melainkan produk fotokopian. Ketentuan ini bersifat
wajib dalam ketentuan akreditasi.
|
|
Substansi
|
Terdapat banyak koreksi terhadap substansi LB.
Koreksi tersebut, antara lain, adalah sebagai berikut:
(1) Abstrak (Terdapat abstrak yang substansinya berupa simpulan
dan panjang abstrak pun berbeda-beda jauh dengan abstrak lainnya.)
(2) Pendahuluan (Minim dan tidak ada sandaran teori, tidak
mengingklutkan masalah dan tujuan secara konsisten.)
(3) Metode (Sistem penyajian metode tidak konsisten antara
satu artikel dan artikel lainnya.)
(4) Hasil dan
Pembahasan (Terdapat penyajian data
mentah pada bagian hasil dan pembahasan; dominasi penyajian pendapat pakar
dalam bagian hasil penelitian dan pembahasan sehingga tidak terlihat lagi
penalaran penulis; tidak adanya deskripsi yang berhubungan dengan
penelitian-penelitian lainnya yang terkait; umumnya substansi simpulan salah,
berupa penyebutan kembali proposisi-proposisi yang sudah disebutkan pada
bagian hasil penelitian dan pembahasan.)
|
Tindak Lanjut
Berdasarkan
hasil konsultasi dan diagnosisis dalam klinik jurnal dengan profesor-profesor
pakar jurnal ilmiah dari UM yang sekaligus merupakan reviewer akreditasi jurnal
nasional, Ditjen Dikti, Jakarta, ditambah imput-imput penting yang beseleweran
di atmosfier penloknas, untuk Langgam
Bahasa dapat disampaikan beberapa catatan penting sebagaimana tersarikan di
bawah ini (lihat lampiran). Semoga semua itu menjadi bahan terapi bagi
kesehatan Langgam Bahasa.
Untuk
pencapaian akreditasi LB perlu memperbaiki (mengobati) sesuai dengan
resep-resep yang telah direkomendasikan oleh reviewer. Untuk itu, hal wajib
yang harus dilakukan adalah (1) mempersiapkan kembali LB selama dua tahun untuk
dapat diusul kembali akreditasinya, (2) melibatkan secara riil mitra bebestari,
dan hal ini harus dibuktikan dengan dokumen (bukti fisik) proses kinerja
mereka, dan (3) LB harus dicetak sesuai dengan standar grafika penerbitan
nasional sebanyak 300 s.d. 1000 eksemplar dan didistribusikan. Untuk
merealisasikan semua itu, tidak ada jalan yang lebih baik kecuali semua pihak,
mulai dari penulis, pengelola, dosen PBSI, Ketua Prodi PBSI, Dekan FKIP, dan
Rektor Unsyiah care terhadap
keberlangsungan hidup sehat LB.
Demikianlah
beberapa catatan penting yang terekam dari sela-sela Penloknas. Semoga
pelajaran terpetik ini dapat menjadi bahan yang sangat berarti bagi
keberlangsungan hidup Langgam Bahasa,
khususnya dalam pengolahan naskah pada edisi-edisi berikutnya yang pada
akhirnya napak tilas ini dapat menuntun Langgam
Bahasa ke gerbang akreditasi dan bertahta di modus terakreditasi tentunya. Semoga.
Lampiran
Matriks Kesesuaian Langgam Bahasa (LB) dengan Rambu-Rambu
Akreditasi Dikti
No.
|
Aspek yang Dinilai
|
Kesesuaian
|
Catatan
|
|
Sesuai
|
Tidak
|
|||
I.
1.
|
Penamaan
Kesesuaian Nama
|
√
|
|
|
II.
1.
2.
|
Kelembagaan Penerbit
Pranata Penerbit
Pelembagaan Landasan
Hukum
|
√
√
|
|
|
III.
1.
2.
3.
4.
|
Penyuntingan
Penelaahan oleh Mitra
Bebestari
Kualifikasi Anggota
Sidang Penyunting
Keterlibatan Aktif Mitra
Bebestari
Dampak Kinerja Penyunting
Pelaksana
|
√
√
|
√
√
|
Harus ada bukti otentik keterlibatan
mitra bebestari. LB tidak memiliki
bukti otentik pelibatan/review mitra bebestari.
Mitra bebestari tidak perlu diterakan
pada lembar personalia. LB menerakannya dengan istilah penyunting ahli.
Daftar mitra bebestari
per tahun perlu disertakan pada bagian akhir. LB tidak menyertakannya.
|
IV.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Penampilan
Ukuran
Tata Letak
Tipografi
Jenis Kertas
Jumlah Halaman
Tekstur Sampul
Rancangan Sampul
|
√
√
√
√
√
√
|
√
|
Karena difotokopi, bukan
dicetak, jenis kertas yang dipakai LB masih tetap kertas HVS. Hal ini tidak
standar.
|
V.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
Gaya Penulisan
Keefektifan Judul
Pencantuman Nama Penulis
dan Lembaga
Abstrak
Kata Kunci
Sistematika Penulisan/Pembaban
Pemanfaatan Instrumen
Pendukung
Cara Pengacuan dan
Pengutipan
Penyusunan Daftar Pustaka
Petunjuk bagi Calon
Penulis
Peristilahan Baku, Bahasa Baik dan Benar
|
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
|
|
Daftar pustaka hanya
memuat referensi yang dirujuk dalam badan teks, atau setiap catatan pustaka
wajib diterakan di daftar pustaka. LB masih terdapat yang tidak sesuai. Hal
ini karena ketidakaktifan tim penyunting dan mitra bebestari.
|
VI.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
Substansi Isi
Cakupan Keilmuan Berkala
Aspirasi Wawasan Berkala
Kepioneran Ilmiah Isi
Berkala
Sumbangan Berkala pada Kemajuan Ipteks
Dampak Ilmiah Berkala
Kadar Perbandingan Sumber Acuan Primer
Derajat Kemutakhiran Pustaka Acuan
Analisis dan Sintesis
Penyimpulan dan Perampatan
|
√
√
√
√
√
√
√
√
√
|
|
Idealnya tulisan dalam
jurnal berupa hasil penelitian; yang informasinya tidak ditemukan pada
referensi lain; LB sudah mencerminkan hal itu.
Idealnya 80% rujukan
tulisan harus berupa rujukan primer 10 tahun terakhir, seperti skripsi, tesis,
disertasi, dan jurnal ilmiah. LB masih jauh dari ketentuan ini.
|
VII.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Keberkalaan
Jadwal Penerbitan
Tata Penomoran Berkala
Penomoran Halaman
Indeks Tiap Jilid
Sumber Dana
Potensi Ketersediaan Naskah
|
√
√
√
√
|
√
√
|
Sampai dengan Edisi 4.1
LB tidak memuat indeks, baik indeks subjek maupun indeks pengarang. Untuk ini
dapat dimasukkan pada Edisi 5.1.
LB tidak memiliki support dana yang dapat menenuhi
standar pencetakan dan penggandaan serta pendistribusian
Idealnya, 50% lebih
tulisan bersumber dari penulis di luar institusi atau wilayah. LB memuat 90%
lebih penulis dalam institusi.
Sumber naskah boleh dari
hasil penelitian mahasiswa yang dinilai baik atau skripsi/tesis yang bernilai
A.
Idealnya calon penulis
wajib berlangganan selama minimal setahun; menerakan secara eksplisit biaya cetak bagi penulis yang tulisannya
layak dimuat. LB sudah belum mengeksplisitkan hal ini, namun realisasinya
belum.
Boleh menampilkan iklan
dari sponsor sebagai sumber dana. LB belum melakukannya hal ini.
|
VIII.
1.
2.
|
Kewajiban Pascaterbit
Menyediakan Cetak Lepas
Memenuhi Wajib Simpan
|
√
√
|
|
Idealnya dicetak
minimal 500 eks per edisi; dicetak,
bukan difotokopi; disebarluaskan
LB difotokopi maksimal
100 eks, difotokopi, bukan dicetak; belum tersebarluaskan
|
Batu, Malang, Jawa Timur, 25 Juli 2010
Posting Komentar