Gejala Gradasi Adjektiva Dalam Bahasa Aceh
Written By Unknown on Rabu, 27 Mei 2015 | 11.00
Oleh Azwardi, Dosen FKIP Unsyiah. Pos el: azwardani@yahoo.com
Gradasi adjektiva (gradiens) atau degrees of comparison adalah pola yang memperlihatkan ketidakteraturan yang makin meningkat pada batas kelas kata, terdiri atas adjektiva bertaraf, yaitu tingkat positif, tingkat komparatif, tingkat superlatif, dan tingkat eksesif (Kridalaksana, 2001). Gradasi dalam bahasa mengacu kepada apa yang dikenal dengan comparison degree yang pada umumnya dinyatakan atas tiga tingkatan, yaitu normal, lebih, dan paling (Ardian, dkk., 2012).
Istilah gradasi mengacu kepada konsep gradability atau makna kata sifat gradable. Kennedy (dalam Toledo, 2011:3) mengemukakan bahwa kata sifat gradable diambil untuk menandai fungsi ukuran sebuah kata dan untuk menetapkan tingkatan atau derajat kepada individu yang merupakan predikat. Misalnya, tall mengodekan fungsi ukuran untuk properti tallness dan memberikan tingkat tinggi untuk individu tersebut.
Dengan demikian, gradability dalam mewujudkan properti tercermin dalam berbagai derajat yang dapat dilambangkan dengan fungsi ukuran kata sifat dan kisaran ini merupakan skala bertingkat. Misalnya, karena tall menandai fungsi ukuran yang menentukan taller seorang individu, skala tersebut terkait dengan tinggi salah satu dari ketinggian.
Bahasa Aceh (selanjutnya disingkat BA) sebagaimana bahasa-bahasa lain di dunia mempunyai keunikan-keunikan tertentu. Salah satu keunikannya sistem morfologi dibandingkan dengan sistem morfologi bahasa-bahasa lain. Teori linguistik umum menyatakan bahwa setiap bahasa memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain. Apa yang ada dalam suatu bahasa mungkin ada dalam bahasa lain, namum adanya berbeda-beda.
Misalnya, setiap bahasa memiliki pronomina persona (kata ganti orang). Pronomina BA, secarakhusus berbeda dengan pronomina bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia, pronomina persona tidak memiliki persesuaian (agreement) seperti yang terdapat dalam bahasa Aceh.
Demikian juga dalam bahasa Inggris. Meskipun dikenal adanya agreement, namun agreement tersebut berbeda dengan BA (Azwardi 2003). Selain itu, setiap bahasa memiliki konsep gradasi adjektiva, termasuk BA. Gradasi adjektiva BA, secara khusus, misalnya, berbeda dengan gradasi adjektiva bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia, deret morfologis gradasi adjektiva kata BA lebih panjang daripada bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.
Uniknya, pada deret terakhir gradasi adjektiva BA didampingi oleh atau dengan sebuah kata (majemuk) yang berupa idiom (ungkapan) atau kata yang secara leksikal tidak ada hubungannya dengan bentuk dasarnya (meuliplip untuk gradasi final manyang, ‘alaihesalam untuk gradasi final bangai, dan tuloeasee untuk gradasi final kh’ieng). Secara teoretis, BA, misalnya, pada tataran fonologi terdapat perbedaan yang mencolok jumlah fonem vokal dibandingkan dengan bahasa Indonesia, bahasa Inggris, atau bahasa daerah lainnya di Nusantara; pada tataran morfologi, antara lain, terdapat perbedaan yang mencolok tentang gradasi atau tingkatan atau nuansa kualitas makna sebuah kata; pada tataran sintaksis terdapat perbedaan yang mencolok tentang ciri predikat verba (yang selalu dilekatkan persesuaian).
Pada kesempatan ini penulis bermaksud mengetengahkan keunikan teori BA pada tataran morfologi yang berkaitan dengan gradasi adjektiva atau tingkatan atau nuansa kualitas makna sebuah kata (gradien). Berdasarkan pengamatan awal terhadap data yang ada, terlihat bahwa tampaknya gradasi adjektiva dalam BA relatif unik dibandingkan bahasa Indonesia. Perhatikan dan bandingkan penggradasian BA berikut dengan bahasa Indonesia!
Bahasa Aceh: Manyang
Bahasa Indonesia: tinggi
Bahasa Aceh:manyang that
Bahasa Indonesia:agak tinggi
Bahasa Aceh: manyang that-that
Bahasa Indonesia: lebih tinggi
Bahasa Aceh: that manyang
Bahasa Indonesia: tinggi nian; tinggi sekali; sangat tinggi; cukup tinggi
Bahasa Aceh: got that manyang
Bahasa Indonesia: - Bahasa Aceh: Meuliplip
Berdasarkan beberapa data di atas, terlihat bahwa deret morfologis gradasi adjektiva BA lebih panjang daripada bahasa Indonesia. Deret morfologis gradasi adjektiva bahasa Indonesia sudah terpola jelas, umumnya dilakukan dengan cara menambah aspektualitas atau modalitas di depan atau belakang adjektiva yang digradasikan sebagaimana terlihat dalam data di atas, yaitu agak, lebih, sekali, sangat, dan cukup.
Selain itu, berbeda engan bahasa Indonesia, pada deret terakhir gradasi adjektiva BA selalu didampingi oleh atau dengan sebuah kata (majemuk) yang berupa idiom (ungkapan) atau kata yang secara leksikal tidak ada hubungannya dengan bentuk dasarnya. Polanya dapat diformulasikan sebagai berikut: meuliplip untuk gradasi final manyang. (Dimuat di Serambi Indonesia, Minggu, 24 Mei 2015)
Label:
Opini
Posting Komentar