Home » » Di Sini Aku Terlalu Sering Bermimpi Buruk

Di Sini Aku Terlalu Sering Bermimpi Buruk

Written By Unknown on Kamis, 17 Juli 2014 | 09.54

Di Sini Aku Terlalu Sering Bermimpi Buruk
Catatan Kecil untuk Penguasa Baru di Kampus Jantong Hate Rakyat Aceh

Azwardi

Bermula...
Kata ahli penafsir mimpi bahwa tafsir makna mimpi sering berlaku sebalikya. Artinya, barang siapa yang bermimpi telah menjadi orang kaya, berarti kenyataannya dia sedang dan tetap menjadi orang miskin; barang siapa yang dalam mimpinya telah menjadi raja, berarti di luar mimpinya dia tetap rakyat jelata. Barang siapa yang termimpi makan enak, berarti dia tak pernah enak makan; dan sebagainya, dan seterusnya. Akan tetapi, ada pengecualian, barang siapa yang bermimpi basah, di luar mimpinya ternyata dia memang benar-benar telah basah.

Mimpi-mimpi yang selama ini menyusup singgah dalam rebah tidurku selalu membuatku penat; berkeringat tatkala keluar dari mimpi-mimpi itu. Aku terlalu sering berjibaku dengan mimpi-mimpiku. Itu artinya, mimpi-mimpi yang menghiasi tidurku didominasi oleh mimpi-mimpi buruk, mulai dari diterkam harimau liar, dililit ular berbisa, sampai dengan dikejar-kejar si anjing gila.

Ternyata, makna mimpi-mimpi yang telah menyelinap bersatu tubuh dalam darah dan jiwaku itu bermakna seperti pengecualian di atas. Mimpi basah nyata basahnya; mimpi buruk nyata buruknya. Jadi, bukan kenyataan tak seindah mimpi yang berlaku bagiku, melainkan kenyataan yang seburuk mimpi.

Syahdan...
Di suatu pagi, kala aku menjadi mahasiswa di almamaterku, aku bermimpi. Dalam mimpi pagiku itu aku telah menjadi pewaris tahta kerajaan guruku yang telah menjadi guru yang meu’ap gapu di ruang-ruang RKU yang tak cukup bangku, lagi tak berlampu, juga tak tersapu. Saat aku terjaga, ternyata aku benar-benar sedang tersedak kapur dan debu di ruang-ruang RKU tempat guruku kerap meu’ap gapu itu.

Di suatu siang, kala aku menjadi asisten guruku tanpa SK dan honor di almamaterku, aku juga bermimpi. Dalam mimpi siangku itu aku telah menjadi asisten guruku yang mengabdi sepenuh hari meski tanpa diberi sedikit khauri. Saat aku terbangun, ternyata aku benar-benar sedang menjadi asisten guruku yang kerap tampil di depan adik-adik letingku menggantikan kealpaan guruku; yang kerap menjinjing tas besar berisi buku dan modul sebagai menu dari silabus; yang kerap menganalisis data dari proyek-proyek yang menghijaukan mata.

Di suatu petang, kala aku menjadi asisten diriku dengan SK 80% di almamaterku, juga aku bermimpi. Dalam mimpi petangku itu aku telah menjadi asisten bagi diriku yang mengabdi sepanjang hari,  tambah malam hingga bertemu pagi tanpa diberi sedikit pun poding. Saat aku tersadar, ternyata aku benar-benar sedang menjadi asisten bagi diriku yang kerap tampil berdedikasi setulus hati bagi kejayaan negeriku; yang kerap mengabdi bagi kecerdasan kaum bangsaku; yang kerap berloyalitas bagi sang penguasa kerajaan almamaterku.

Di suatu malam, kala aku menjadi guru dengan SK I Love You Full; 100%; di almamaterku, pun aku bermimpi. Dalam mimpi malamku itu aku telah menjadi guru berlektor kepala (yang berarti satu jenjang lagi aku akan menjadi guru besar; sang profesor) yang mengabdi sepunuh masa,  tambah emiritus hingga terputus jasad dan jiwa tanpa diberi sedikit kaya. Saat mataku terbuka, ternyata aku benar-benar sudah menjadi guru berlektor kepala yang kerap berhareukat untuk kepala; yang sering dicap hana kepala; yang mada cukup dengan pahala, hingga selalu sakit kepala.

Syahdan lagi...
Menjelang fajar pagi tadi, kala aku sedang sakit kepala, di kamar tidur utama rumah agungku, aku termimpi lagi. Dalam mimpi yang terakhirku itu terkisahkan, sebagai seorang penyunting pelaksana jurnal ilmiah Langgam Bahasa; satu-satunya jurnal ilmiah di Unsyiah; universitas “Jantong Hate-nya Rakyat Aceh” yang tahun ini telah terusul proses akreditasi (yang lainnya semua sudah out up-date) saya diundang oleh Panitia Penataran-Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Penyuntingan Jurnal Ilmiah untuk mengikuti Penloknas tersebut pada 22 s.d 25 Juli 2010 di Hotel Kusuma Agrowisata, Malang, Jawa Timur. Keikutsertaan saya sebagai Penyunting Pelaksana Jurnal Langgam Bahasa PBSI FKIP Unsyiah dalam kegiatan tersebut sangat urgen mengingat Jurnal Langgam Bahasa PBSI FKIP Unsyiah saat ini sedang dalam proses penilaian akreditasi di Dikti, Jakarta.  Untuk mengikuti kegiatan yang sangat berarti (bagi Prodi PBSI, bagi FKIP, dan bagi Unsyiah) tersebut dibutuhkan sedikit dana, yaitu sebagai berikut:
No.
Kebutuhan
Jumlah
1.
Kontribusi Penloknas
Rp2.300.000,00
2.
Transport PP Banda Aceh-Malang  
Rp5.700.000,00
Total
Rp8.000.000,00

Dana kontribusi Penloknas tersebut harus ditransfer paling lambat tanggal 16 Juli 2010. Di luar dugaan saya, mulai dari Biro Rektor, Biro Dekan, sampai dengan Biro Prodi tak ada  yang menarik menginvestasikan modalnya di sektor abstrak yang satu ini. Persetan dengan jurnal...!!! Saat ruhku kembali, tubuhku terhentak gemetar; peluh bercucuran; mata nanar; pitam. Kucubit kuat kulit pipi kananku. Ternyata aku benar-benar telah gagal mentransfer uang kontribusi Penloknas yang berakhir hari ini, Jumat 16 Juli 2010. Hanya SMS kesediaannkulah yang telah duluan sampai ke ruang kerja panitia Penloknas, sementara sang pengirimnya telah terpasung di lumbung agung tersebab kepicikan, kejumudan, dan kebakhilan sang penguasa agung. Homhai.


Lumbung Agung, Darussalam, 16 Juli 2010
Share this article :

Posting Komentar

Facebook
 

Bahasa Terstruktur Cermin Pikiran Teratur