Home » » Teknik Pengutipan

Teknik Pengutipan

Written By Unknown on Senin, 28 Juli 2014 | 23.12

ilustrasi Dr. Ramli, M.Pd.
Apabila seseorang menulis karya ilmiah, ia menggunakan ide, pendirian, atau pendapat orang lain. Ide, pendirian, data, atau pendapat orang lain yang dikutip, baik langsung, atau tidak langsung harus disebut sumbernya, kecuali sesuatu yang diketahui secara umum (common knowledge). Hal ini dimaksudkan sebagai pengakuan bahwa ide, pendirian, data, atau gagasan itu bukan milik penulis, tetapi milik orang lain. Oleh sebab itu, pengutipan merupakan hal yang penting diketahui oleh calon penulis karya ilmiah.

Pengutipan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Disebut pengutipan langsung, jika penulis menyalin secara utuh pendirian, pendapat, atau data dari sumber rujukan dalam teks tulisannya. Sebaliknya, disebut pengutipan tidak langsung, jika pendirian, pendapat, atau data dari sumber rujukan disarikan oleh si penulis dan dinyatakan dengan bahasannya sendiri. Kedua cara pengutipan ini memiliki kaidah penulisan yang berbeda.

Kutipan langsung yang kurang dari lima baris diketik menyatu dengan bagian kalimat penulis dan ditempatkan di antara tanda petik dua (“…”). Sebaliknya, kutipan yang panjangnya lima baris atau lebih diketik satu spasi terpisah dari bagian tulisan penulis dan tanpa menggunakan tanda petik dua. Cara penulisan kedua bentuk kutipan langsung itu seperti contoh 1 dan 2 berikut ini.


Definisi penelitian bahasa diberikan secara berbeda oleh para ahli. Mahsun (2005:2) “mendefinisikan penelitian bahasa sebagai suatu penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap objek sasaran berupa bunyi tutur (bahasa)”. 

Contoh 1 (kutipan langsung kurang dari lima baris) 

Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya (Nurhadi, dkk 2002:1). 

(atau, perhatikan juga contoh berikut!)

Contoh 2 (kutipan langsung yang mencapai atau melebihi lima baris)

Dewasa ini harus diakui bahwa kualitas penggunaan bahasa daerah semakin menurun. Berkaitan dengan hal itu, Gossweiler (2001), yang mengambil contoh khusus berupa bahasa Jawa, hal tersebut disebabkan oleh hal-hal berikut. 

(a) orang tua mempunyai anggapan bahwa pendidikan dwibahasa dapat menghalangi proses pendidikan anak, (b) tidak ada lembaga bahasa daerah yang aktif menanggulangi masalah menurunnya bahasa daerah, (c) program penerbitan buku dan kursus-kursus bahasa daerah sulit didapat, (d) belum ada usaha untuk menyesuaikan bahasa daerah dengan kebutuhan modern, (e) tidak ada upaya para sesepuh untuk mendorong pemakaian bahasa daerah meskipun bahasa daerah itu digunakan dengan cara yang jelek sekali pun, (f) belum ada upaya untuk memupuk budaya multibahasa yang memberikan kebebasan dan bahkan peranan kepada bahasa-bahasa daerah, serta (g) belum tampak adanya jaringan kerja dan koordinasi di antara sesama forum yang peduli akan perkembangan bahasa daerah. 

Dalam penelitian eksperimen peneliti berupaya mencari perbedaan pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Dalam kaitan ini, Nasution (1987:47) menulis sebagai berikut. 
Dalam desain eksperimen terdapat kelompok yang disebut kelompok eksperimen, yaitu kelompok yang sengaja dipengaruhi oleh variabel-variabel tertentu, misalnya diberi latihan. Di samping itu, ada pula kelompok kontrol, yaitu kelompok yang tida dipengaruhi oleh variabel-variabel itu, misalnya tidak diberi latihan itu. 
Keberadaan kelompok kontrol di sini dimaksudkan sebagai pembanding sehingga dapat diketahui taraf perubahan akibat variabel eksperimen. 


Kutipan langsung (kuotasi) sebaiknya jangan terlalu sering digunakan, lebih-lebih lagi jika kutipan itu panjang-panjang. Keseringan menggunakan kutipan langsung membuat pembaca jemu, bahkan, pembaca dapat saja beranggapan bahwa penulis yang demikian kurang memiliki kemahiran berbahasa. 

Koentjaraningrat (1985:335) menyatakan bahwa kutipan langsung sebaiknya hanya dipakai untuk hal-hal berikut:

(1) penguraian bagian dari suatu undang-undang, suatu peraturan, atau suatu dokumen resmi
(2) penguraian suatu rumus ilmu pasti, suatu pernyataan ilmiah, atau suatu definisi
(3) penguraian suatu pendirian atau ucapan seorang tokoh penting yang mengandung gaya atau istilah-istilah yang khas
(4) penguraian pendirian seseorang yang mengandung arti yang sangat ketat sehingga akan berubah artinya bila dilakukan pengubahan bahasanya

Kutipan tidak langsung merupakan upaya merujuk pendapat orang lain dengan menggunakan bahasa penulis sendiri. Contoh kutipan tak langsung adalah sebagai berikut.

Arifin (1987a:1) mengatakan bahwa bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. 

Sebagaimana dikatakan oleh Stephen Crump (1988:37) bahwa menulis dengan komputer dapat menurunkan beban proses penulisan, dan mungkin siswa/mahasiswa dapat lebih menikmati pengalaman menulisnya. 

Di Australia, guru-guru sekolah dasar dan menengah (Primary dan Secondary School) yang menggunakan komputer meningkat berlipat ganda (Hannafin dan Savenge, 1993:26) 

Dalam hal ini, Nanlohy (1987:158) telah lebih awal membuktikan bahwa komputer dapat memberdayakan siswa/mahasiswa untuk mengedit teks baik pada tingkat dasar (surface), misalnya koreksi kesalahan sintaksis, ejaan, tanda baca dan tata bahasa, maupun pada tingkat makna yang lebih mendalam lagi. 

Pemertahanan bahasa daerah sangat didukung oleh negara. Hal itu terjadi karena bahasa daerah, di dalam Alwi dan Sugono (2000: 220), dikatakan berfungsi sebagai (a) lambang kebanggaan daerah, (b) lambang identitas daerah, (c) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah, (d) sarana pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia, serta (e) pendukung sastra daerah dan sastra Indonesia. 


Share this article :

Posting Komentar

Facebook
 

Bahasa Terstruktur Cermin Pikiran Teratur