Tata Cara Penulisan Artikel dan Laporan Penelitian
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyusunan artikel dan
laporan penelitian. Persyaratan tersebut menyangkut substansi, bahasa, dan
teknik penyajian. Untuk itu, laporan teknis, terutama yang cukup panjang, perlu
direncanakan dengan baik dan matang terlebih dahulu.
Secara teoretis proses
penulisan artikel dan laporan penelitian meliputi tiga tahap utama, yaitu tahap
persiapan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Ketiga tahap itu menunjukkan
kegiatan yang berbeda. Dalam tahap persiapan ditentukan hal-hal pokok yang akan
mengarahkan penulis dalam seluruh kegiatan penulisan laporan itu. Dalam tahap
penulisan dilakukan apa yang telah ditentukan, yakni mengembangkan gagasan
dalam kalimat-kalimat, paragraf-paragraf, dan bab-bab sehingga selesailah draf
yang pertama. Dalam tahap revisi hal yang dilakukan adalah membaca dan menilai
kembali apa yang telah ditulis, memperbaiki, mengubah, dan jika perlu,
memperluas tulisan tadi.
(1) Penentuan Topik dan Judul
Dalam menulis laporan teknis kegiatan yang pertama-tama dilakukan adalah
menentukan topik. Hal itu berarti bahwa harus ditentukan apa yang akan dibahas
dalam laporan. Setelah berhasil memilih topik, langkah kedua yang harus kita
lakukan adalah membatasi topik tersebut. Dalam hal ini tentu saja dapat dipikirkan
secara langsung suatu topik yang cukup terbatas.
Setelah diperoleh topik
yang sesuai, topik itu harus dinyatakan dalam suatu judul karangan. Dalam
laporan teknis atau karangan ilmiah judul harus dapat menunjukkan atau
menggambarkan topiknya. Penentuan judul itu harus dipikirkan secara
sungguh-sungguh dengan mengingat beberapa persyaratan, antara lain, sebagai
berikut:
(1) Judul harus sesuai dengan atau
menggambarkan topik;
(2) Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk
frasa, bukan dalam bentuk kalimat, misalnya, Pronomina Persona Bahasa Aceh,
bukan Pronomina Persona Terdapat dalam Bahasa Aceh;
(3) Judul diusahakan sesingkat mungkin,
misalnya, judul Pronomina Persona Pertama, Kedua, dan Ketiga, baik Tunggal
maupun Jamak, yang Terdapat dalam Bahasa Aceh dapat kita singkat dalam
bentuk frasa seperti di atas;
(4) Judul harus dinyatakan secara eksplisit
(jelas), misalnya, judul Menjelajahi
Neraka Dunia tidak dapat digunakan dalam karangan ilmiah yang memaparkan
hasil pengamatan terhadap keadaan ekonomi negara-negara yang sedang berperang.
(2) Penulisan
Abstrak dan Kata Kunci
Abstrak
merupakan representasi dari keseluruhan isi sebuah tulisan. Dalam abstrak
artikel hasil pemikiran perlu
dikemukakan secara singkat dan jelas, antara lain, latar belakang, masalah,
tujuan, dan pembahasan, sedangkan dalam abstrak artikel hasil penelitian perlu
dikemukakan secara singkat dan jelas, antara lain, latar belakang, masalah,
tujuan, anggapan dasar, hipotesis, populasi, sampel, metode, teknik, dan hasil.
Karya ilmiah, khususnya yang dimuat dalam majalah ilmiah atau jurnal, baik yang
berupa hasil pemikiran maupun hasil penelitian, menghendaki adanya abstrak.
Selain abstrak, hal yang perlu
dicantumkan dalam sebuah artikel ilmiah adalah kata kunci (key words). Kata kunci adalah istilah-istilah terbatas yang populer
digunakan dalam keseluruhan isi sebuah artikel. Kata kunci ini biasanya berupa
kata-kata terminologi. Pencantuman kata kunci dalam sebuah artikel posisinya
setelah abstrak.
(3)
Penulisan Pendahuluan (Latar Belakang) dan Perumusan Masalah
Penyajian karya ilmiah umumnya dimulai dari latar belakang dan masalah.
Dalam bagian ini dikemukakan hal-hal yang melatarbelakangi penulisan dan
permasalahan yang akan dikaji. Secara konkret hal-hal yang perlu dikemukakan
dalam bagian latar belakang masalah adalah jawaban atas pertanyaan berikut:
(1) Apa yang
melatarbelakangi penulis menulis topik tersebut?
(2)
Bagaimana fenomena atau
realitas yang ada tentang topik tersebut?
(3) Mengapa penulis
tertarik menulis tentang topik tersebut?
(4) Bagaimana
pandangan para ahli sehubungan dengan topik tersebut atau telaah
pustaka/komentar mengenai tulisan yang telah ada yang behubungan dengan masalah
topik yang dibahas?
(5) Bagaimana
pandangan penulis sehubungan dengan topik tersebut atau penalaran pentingnya
pembahasan masalah yang mendorong pemilihan topik?
(6) Apa tujuan dan
manfaat, baik teoretis maupun praktis, dari hasil penulisan tersebut?
(7) Bagaimana rumusan
masalah tentang topik yang ditulis tersebut.
Perlu diketahui bahwa
tertarik tidaknya pembaca terhadap sebuah tulisan terjadi setelah pembaca
membaca bagian pendahuluan (latar belakang). Untuk itu, pada bagian ini perlu
penyajian selogis dan sekritis mungkin tentang hal-hal yang perlu dikemukakan.
Dapat ditambahkan bahwa dalam berbagai penilaian tulisan porsi nilai yang paling
tinggi diberikan oleh pihak penilai atas bagian latar belang ini di samping
perumusan masalah dan metode.
Perlu juga disampaikan bahwa
tidak semua tulisan menghendaki adanya penyajian poin-poin bagian pendahuluan
secara lengkap (latar belakang, masalah, tujuan, kerangka teori, manfaat,
anggapan dasar, hipotesis, populasi, sampel, sumber data, metode, dan teknik).
Hal tersebut umumnya dikehendaki oleh tulisan yang berupa hasil penelitian.
Untuk tulisan yang berupa artikel (hasil pemikiran/opini) umumnya cukup
menyajikan latar belakang dan masalah pada bagian pendahuluannya. Artinya, ada
artikel ilmiah yang tidak mencantumkan secara eksplisit latar belakang dan
masalah. Hal tersebut sudah tersirat pada bagian pendahuluan.
Di samping itu, perumusan
masalah perlu mendapat perhatian khusus. Perumusan masalah dilakukan sekritis
mungkin sesuai dengan topik yang dibahas. Rumusan masalah dibuat dalam kalimat
pertanyaan atau pernyataan. Masalah hendaknya dirumuskan serinci mungkin.
Banyaknya poin rumusan masalah disesuaikan dengan tingkat keluasan topik yang
dibahas. Dalam tulisan yang berupa artikel hasil pemikiran umumnya rumusan
masalah dibuat dalam satu kalimat pertanyaan atau pernyataan. Dalam tulisan
yang berupa hasil penelitian umumnya rumusan masalah dibuat dalam beberapa poin
kalimat sesuai dengan substansi permasalahan yang diteliti.
Perlu juga diperhatikan
bahwa jika sebuah artikel menghendaki adanya rumusan tujuan, tujuan yang
dirumuskan tersebut harus sesuai dengan masalah. Jika dalam sebuah artikel
terdapat tiga poin rumusan masalah, rumusan tujuan yang dibuat pun harus tiga
poin. Berikut adalah contoh rumusan masalah dan rumusan tujuan artikel hasil
pemikiran dan artikel hasil penelitian.
Contoh
rumusan masalah artikel hasil pemikiran:
Bagaimana
apresiasi generasi muda terhadap bahasa Indonesia setelah 78 tahun Sumpah
Pemuda?
Contoh
rumusan tujuan artikel hasil pemikiran:
Tulisan
ini bermaksud memaparkan apresiasi generasi muda terhadap bahasa Indonesia
setelah 78 tahun Sumpah Pemuda?
Contoh
rumusan masalah artikel hasil penelitian:
(1) Bagaimana aspirasi masyarakat Aceh terhadap
pembangunan taman bacaan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam?
(2) Model taman bacaan yang bagaimana yang ideal
dikembangkan dalam upaya membangkitkan minat baca anak-anak di Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam?
Contoh
rumusan tujuan artikel hasil penelitian:
(1) mendeskripsikan aspirasi
masyarakat Aceh terhadap pembangunan taman bacaan di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam;
(2) mendeskripsikan aspirasi masyarakat
tentang model taman bacaan yang yang ideal dikembangkan dalam upaya
membangkitkan minat baca anak-anak di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
(4) Penggunaan Bahasa dan Aspek Penalaran
Apa pun karya ilmiah
yang dihasilkan, di dalamnya harus terdapat dua hal pokok, yaitu sistematika penulisan dan sistematika penyajian. Penggunaan
bahasa untuk penulisan karya ilmiah berkaitan dengan hal pertama, yaitu
sistematika penulisan, agar orang lain mengerti informasi yang disampaikan di
dalam tulisan tersebut. Secara umum penggunaan bahasa yang dimaksud di sini
meliputi diksi, kalimat, paragraf, dan ejaan.
Karya ilmiah disampaikan dengan menggunakan media
bahasa. Bahasa yang digunakan dalam penulisan artikel dan laporan hasil
penelitian adalah bahasa ragam tulis baku, bukan ragam lisan. Ragam tulis baku
menggunakan kata-kata yang sesuai dengan prinsip-prinsip pemilihan kata, antara
lain, baku, cermat, sesuai dengan maksud, sesuai dengan kaidah bahasa, dan
lazim. Kalimat-kalimat yang digunakan adalah kalimat yang efektif atau kalimat
yang gramatikal. Parangar-paragraf yang disusun harus logis, sedangkan ejaan
yang dipakai mengikuti kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Menulis merupakan proses
bernalar. Untuk mengemukakan suatu topik kita harus berpikir,
menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan, dan sebagainya. Berdasarkan
prosesnya bernalar dapat dibedakan atas bernalar induktif dan bernalar
deduktif. Secara umum penalaran dalam penulisan laporan teknis mencakup kedua
proses bernalar tersebut.
Suatu laporan teknis merupakan hasil proses bernalar
induktif, deduktif, atau gabungan keduanya. Suatu tulisan yang bersifat deduksi
dimulai dengan sebuah pernyataan umum berupa kaidah, peraturan, teori, atau
pernyataan umum lainnya. Selanjutnya, pernyataan umum itu akan dikembangkan
dengan pernyataan yang bersifat khusus. Sebaliknya, suatu tulisan yang bersifat
induksi dimulai dengan rincian-rincian dan diakhiri dengan suatu kesimpulan
umum. Gabungan antara keduanya dimulai dengan pernyataan umum yang diikuti
rincian dan diakhiri dengan pengulangan pernyataan umum itu.
Dalam praktiknya, proses deduktif dan induktif itu
diwujudkan dalam satuan tulisan yang berupa paragraf. Di dalam paragraf suatu
pernyataan umum yang mengandung gagasan utama dikembangkan melalui
kalimat-kalimat yang padu. Dengan demikian, dalam hal ini dikenal paragraf
deduktif, yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal paragraf,
paragraf induktif, yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak diakhir
paragraf, dan paragraf campuran, yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak
pada awal dan akhir paragraf.
Proses berpikir deduktif dan induktif itu diterapkan
dalam pengembangan seluruh karangan. Paragraf deduktif dan induktif mungkin
dipergunakan secara bergantian, bergantung kepada gaya yang dipilih penulis
sesuai dengan efek dan tekanan yang ingin diberikan. Penulisan laporan teknis
merupakan sintesis antara proses deduktif dan induktif.
Posting Komentar